Minggu, 21 Oktober 2012

Askep Demam Typhoid




MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DEMAM TYPHOID


 







Oleh :
NAMA :
1. Octavio dos Santos                                  (Nim : 09 . 06 . 02 . 056)
                            

ESINO SUPERIOR DE ENFERMAGEM
FACULDADE MEDIÇINA E CIÊNCIAS DA SAÚDE
UNIVERSIDADE NASIONAL TIMOR LOROSA’E
DILI, TIMOR LESTE
2012

 
                                              KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“ Asuhan keperawatan pada klien dengan demam typhoid” ini dengan baik.

Dimana dalam menyusun makalah ini banyak hambatan dan tantangan yang di hadapi oleh penulis , tetapi dengan kesabaran hati maka akhirnya kami dapat menempuh dengan baik.

Penyusun makalah ini merupakan salah satu syarat dari mata kuliahAskep Anak yang di bawakan oleh dosen pengasuh :Jose Ximenes,Skep. Dan juga kami tahu  bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis sangat mengharapkan saran dan masukan dari para pembaca.

Akhir kata penulis tak lupa megucapkan limpah terima kasih kepada bapak Jose Ximenes,Skep selaku dosen pengajar mata kuliahAskep Anak yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan membina kami menuju kaum intelektual yang berjiwa nasionalisme guna membangun Negara baru”RepublikDemocratika De Timor Leste
( RDTL)”.



Dili,…/ 05/ 2012

Penulis











DAFTAR ISI

Halaman judul.................................................................................................................... i
Kata pengantar................................................................................................................... ii
Daftar isi.............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang........................................................................................................ 1
B.     Tujuan...................................................................................................................... 1
C.     Manfaat................................................................................................................... 2
D.    Pembatasan atau Ruang Lingkup............................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS
       I.            Konsep Dasar Teori............................................................................................... 3
A.    Definisi.................................................................................................................... 3
B.     Tanda dan Gejalah................................................................................................... 3
C.     Patofisiologi............................................................................................................. 4
D.    Komplikasi............................................................................................................... 4
E.     Pemeriksaan Penunjang........................................................................................... 5
F.      Pengobatan.............................................................................................................. 7
    II.            Konsep Askep Teoritis........................................................................................... 8
1.      Pengkajian............................................................................................................... 8
2.      Diagnosa keperawatan............................................................................................. 9
3.      Rencana keperawatan.............................................................................................. 11
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.............................................................................................................. 14
B.     Saran........................................................................................................................ 14
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 15

 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik), mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.
Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
Secara garis besar, seseorang menderita emam typhoid ditimbulkan ;
1.      Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi.
2.      Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
3.      Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
4.      Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
5.      Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
6.      Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta memperoleh gambaran mengenai penyakit demam typhoid terutama pada anak.




2.      Tujuan khusus

v  Agar mahasiswa dapat mengetahui konsep tentang penyakit demam typhoid.

v  Agar mahasiswa dapat menganalisa penyakit demam typhoid yang biasanya terserang pada masyarakat terutama pada anak – anak.

v  Agar mahasiswa mengimplementasikan dalam bentuk askep pada pasien dengan demam typhoid pada anak.

C.    Manfaat

Ø  Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
Ø  Institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk mengembangkan ilmubudayakeluarga, serta menjadi bahan atau data bagi mereka yang ingin mengadakan penelitian yang lebih lanjut.
Ø  Pembaca
Sebagaibahaninformasibagiparapembaca.

D.    Pembatasan atau Ruang lingkup

Ø  Bagaimana para mahasiswa atau mahasiswi keperawatan memahami betul apa itu demam typhoid.
Ø   Upaya apa yang harus di lakukan oleh mahasiswa atau mahasiswi keperawatan dalam melaksanakan penanganan pasien engan emam typhoid.
Ø  Dengan adanya peranan mahasiswa atau mahasiswa keperawatan bisa mengenal lebih dalam penyakit demam typhoid.
Ø  Bagaimana fungsi agar mahasiswa atau mahasiswi keperawatan menjelas lebih luas tentang demam typhoid terutama pada anak – anak.











BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I.            KONSEP DASAR TEORI
A.    Definisi

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengangejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.(Mansjoer, 2000: 432).
Demam typoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai denganbakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukanmikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. Disebabkan salmonella thypi, ditandaiadanya demam 7 hari atau lebih, gejala saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.(Soegijanto, 2002: 1).
Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di selaput lendir usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu jaringan di seluruh tubuh.(Tambayong, 2000: 143).
Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi salmonella typhi.( Ovedoff, 2002: 514).

B.     Tanda dan Gejala

Masa tunas typhoid 10 - 14 hari
1.      Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
2.      Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
C.     Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

D.    Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005: 241), komplikasi pada demam typoid dapat terjadi pada usushalus, umumnya jarang terjadi bila terjadi sering fatal diantaranya adalah:
a. Perdarahan Usus
bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja denganbenzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeriperut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi Usus
timbul biasanya pada minggu ke-3 atau setelah itu dan terjadi pada bagiandistal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapatudara dirongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dandiafragma. Pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
c. Peritonitis
biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus halus.Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang(defense musculair) dan nyeri tekan.Komplikasi di usus halus, terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia)yaitu meningitis, kolesistitis, ensefalopati dan lain-lain, terjadi karena infeksi sekunder yaituBronkopneumonia. Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yangkurang dan respirasi akibat suhu tubuh yang tinggi.








E.     Pemeriksaan penunjang

Menurut David Ovedoff (2002: 514), pemeriksaan khusus yang diperiksa adalah:
*       Jumlah leukosit (biasanya terdapat leukopenia).
*       Selama minggu pertama, biakan darah positif pada 90% penderita.
*       Biakan tinja menjadi positif pada minggu kedua dan ketiga.
*       Biakan sum-sum tulang sering berguna bila biakan darah negatif.
*       Titer agglutinin (tes widal terhadap antigen somatic (O) dan flagel (A) meningkat selamaminggu ketiga, positif semua dan kadang-kadang negatif semua bisa mungkin terjadi pada teswidal).
Menurut Arif Mansjoer, dkk (1999: 421), biakan darah positif memastikan demam typoid,tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam typoid. Peningkatan uji titer widalempat lipat selama 2-3 minggu memastikan diagnosis demam typoid.Menurut Rachmat Juwono (1999: 436) bahwa pemeriksaan Laboratorium melalui:
1. Pemeriksaan leukosit 
 Pemeriksaan leukosit ini tidaklah sering dijumpai, karena itu pemeriksaan jumlah leukosit initidak berguna untuk diagnosis demam typoid.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT 
 SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi kembali ke normal setelah sembuhnya demamtypoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
 
3. Biakan darah
 Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam typoid.
4. Uji widal 
 Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutininyang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum pasien demam typoid, jugapada orang yang pernah ketularan salmonella typhi dan juga para orang yang pernahdivaksinasi terhadap demam typoid.Dari pemeriksaan widal, titer antibodi terhadap antigen O yang bernilai > 1/200 ataupeningkatan > 4 kali antara masa akut dan konvalensens mengarah kepada demam typoid,meskipun dapat terjadi positif maupun negatif palsu akibat adanya reaksi silang antara spesiessalmonella. Diagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan kuman salmonella typhi padabiakan empedu yang diambil dari darah klien. (Mansjoer, 2000: 433).Akibat infeksi oleh kuman salmonella typhi pasien membuat antibodi (aglutinin), yaitu:
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H , berasal dari rangsangan antigen H (berasal dari flagella kuman).
c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typoid.




Factor – factor yang mempengaruhi uji widal

Faktor yang berhubungan dengan klien:
a.       Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelahklien sakit satu minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
b.      Penyakit-penyakit tertentu: ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typoidyang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinomalanjut.
c.       Pengobatan dini dengan antibiotika: pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapatmenghambat pembentukan antibodi.
d.      Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambatterjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
e.       Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa,titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulansampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun.Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilaidiagnostik.

f.       Infeksi klien dengan klinis/ subklinis oleh salmonella sebelumnya: keadaan ini dapatmendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.


g.      Reaksi anamnesa: keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonellathypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typoid pada seseorang yang pernahtertular salmonella dimasa lalu.




F.     Pengobatan

Pengobatan demam typoid terdiri atas 3 bagian, yaitu:
1.      Perawatan
o    Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
o    Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2.      Diet
o    Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
o    Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
o    Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
o    Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
3.      Obat - obatan
1.  Klorampenikol
2.  Tiampenikol
3.  Kotrimoxazol
4.  Amoxilin dan ampicillin























II.            KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara paripurna maka seorang perawat harus memiliki pengtahuan yang luas serta ketrampilan yang cukup. Oleh karena itu seorang perawat dalam melakukan tgasnya harus bverpedoman pada suatu metode yang dokenal dengan proses keperawatan. Yang dimaksud dengan proses perawatan yaitu merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang logis, sitematis, dinamis dan teratur yang mempunyai lima (5) tahap yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.(Boedihartono 1994 : 2).
1.      Pengkajian :

a.      Pengumpulan data

A.    Data subyektif
Ø  Biodata :
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat pasien dan penanggun jawab.
Ø  Keluhan utama :
Pasien merasa tidak enak pada badan, lesu, nyeri kepala dan nafsu makan berkurang.
Ø  Riwayat penyakit sekarang :
Ø  Riwayat penyakit dahulu : pasien pernah atau tidak terinffeksi salmonella typhosa.
Ø  Riwayat kesehatan keluarga :
Ø  Riwayat neonatus :prenatal, natal, postnatal
Ø  Riwayat imunisasi :
Ø  Pola kebiasaan sehari – hari : pola nutrisi, pola aktivitas, pola istirahat atau tidur dan ppola eliminasi.
B.     Data obyektif
Ø  Keadaan umum : kesadaran, TTV
Ø  Pemeriksaan fisik :
kepala :Bagaimana bentuk, keadaan kulit kepala, bagaimana warna rambut,
muka : Bagaimana ekspresi wajah, oedem atau tidak, pucat atau tidak,
mata : Simetris / tidak, conjungtiva pucat atau tidak, warna sklera ikterus atau tidak,
hidung : Ada pernafasan cuping hidung / tidak, ada sekret / tidak, ada polip / tidak,
gigi dan mulut : Bibir kering atau tidak, gigi dan mulut bersih atau tidak, ada stomatitis / tidak, lidah kotor / tidak,
telingga : Simetris / tidak, ada serumen / tidak, bersih atau tidak,
leher : Ada / tidak pembesaran kelenjar thyroid, ada / tidak pelebaran vena jugularis,
dada dan thorakhs : ada retraksi interkosta, ada wheezing dan ronchi / tidak,
abdomen : Perut sering kembung / meteorismus, kadang hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan,
genitalia : Kelaminnya apa, bersih / tidak, ada kelainan / tidak, dan
ekstremitas : Akral hangat atau dingin, oedem / tidak.

b.      Pengelompokan data atau analisa data

Analisa data merupakan langkah untuk memaparkan serta memberi arti kepada data. Data di analisa ddengan mengklasifikasikan data berdasarkan data subyektif dan data obyektif. Dari data diatas dapat di klasifikasikan sebagai berikut :


2.      Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kllien dengan demam typhoid adalah sebagai berikut :
*       Kemungkinan terjadinya hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.
*       Resti gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
*       Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi atau informasi yang inadekuat.

ANALISA DATA

Nama pasien    :………………….
Unit/bangsal    : .............................
Tanggal           :………………….

No.
Symptom
Etiology
Problem
Paraf

1.

DS :pasien mengatakan terasa panas yang berlebihan serta keringat dan merasa tidak aman
DO : hasil pengukuran suhu badan meningkat = 39,70c

Infeksi salmonella typhi

Kemungkinan terjadinya hipertermia


2.

DS : pasien mengatakan tidak ada nafsu makan dan sering muntah saat makan.
DO :kelihatan pasien lesu, lemah dan BB↓

Intake yang inadekuat







Resti gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


3.

DS : pasien mengatakan tidak tahu sama sekali tentang penyakitnya dan mengapa penyakit tersebut terjadi padanya.

DO :hasil kajian tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya, pasien dan keluarga memang tidak tahu tentang penyakit yang di derita pasien.

Informasi yang inadekuat atau kurang informasi

Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya












3.      Rencana keperawatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien    :…………………

Unit / bangsal   :…………………

Tanggal            :…………………

NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
PARAF

1.
Kemungkinan terjadinya hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.
Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal, dengan kriteria hasil : 36 – 370c
-Observasi suhu tubuh klien
-Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas
-Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun
-Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik

Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.
Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
Rasional : menjaga kebersihan badan
Rasional : menurunkan panas dengan obat.



2.
Resti gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
Tujuan :Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi. Kriteria hasil: Tidak ada tanda-tanda malnutrisi\Menunjukkan berat badan yang seimbang.

-Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
-Observasi dan catat masukan makanan pasien.
-Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan ).
-Berikan makanan sedikit tapi sering.
-Berikan dan Bantu oral hygiene.
-Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.






-Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
-Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
-Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
-Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
-Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
-Menurunkan distensi dan iritasi gaster.



3.
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi atau informasi yang inadekuat.
Tujuan: Setelah memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien, diharapkan dengan kriteria hasil: pengetahuan pasien dan keluarga akan meningkat atau mengenal lebih dalam tentang penyakitnya.
-Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
-Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien.
-Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti.
-Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat
-mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
-supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit typhoid.
-mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.
-memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya.

















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teoritis yang ada maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
*       Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
*       sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
*       Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
*       Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
*       Tanda dan gejalah :Minggu I Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut. Dan pada Minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
B.     Saran
Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka penulis dapat merumuskan bahwa:
Dalam penyusun makalah ini sangat jauh dari penyempurnaan maka saran,kritikal,idea dari mahasiswa atau mahasiswi yang bersifat menambah dan membangun maka penulis sangat mengharapkan demi penyempurnaan makalah ini.






DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.

Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 1997.

Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar & Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992.

Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih bahasa Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta. 1997.

Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.

Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.

Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.

Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta. 2002.

Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001.

Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001