MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DEMAM TYPHOID
Oleh :
NAMA
:
1. Octavio
dos Santos (Nim
: 09 . 06 . 02 . 056)
ESINO SUPERIOR DE ENFERMAGEM
FACULDADE MEDIÇINA
E CIÊNCIAS DA SAÚDE
UNIVERSIDADE NASIONAL TIMOR LOROSA’E
DILI, TIMOR
LESTE
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur dengan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan berkat dan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul“ Asuhan keperawatan pada klien dengan demam typhoid” ini dengan baik.
Dimana dalam menyusun makalah ini
banyak hambatan dan tantangan yang di hadapi oleh penulis , tetapi dengan
kesabaran hati maka akhirnya kami dapat menempuh dengan baik.
Penyusun makalah ini merupakan salah
satu syarat dari mata kuliah“Askep Anak” yang di bawakan oleh dosen pengasuh
:Jose
Ximenes,Skep. Dan juga kami tahu
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis
sangat mengharapkan saran dan masukan dari para pembaca.
Akhir kata penulis tak
lupa megucapkan limpah terima kasih kepada bapak Jose Ximenes,Skep selaku dosen
pengajar mata kuliah“Askep Anak” yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing dan membina kami menuju kaum intelektual yang berjiwa nasionalisme guna
membangun Negara baru”RepublikDemocratika De Timor Leste
( RDTL)”.
Dili,…/ 05/ 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
judul.................................................................................................................... i
Kata
pengantar................................................................................................................... ii
Daftar
isi.............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang........................................................................................................ 1
B. Tujuan...................................................................................................................... 1
C. Manfaat................................................................................................................... 2
D. Pembatasan
atau Ruang Lingkup............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
I.
Konsep
Dasar Teori............................................................................................... 3
A. Definisi.................................................................................................................... 3
B. Tanda
dan Gejalah................................................................................................... 3
C. Patofisiologi............................................................................................................. 4
D. Komplikasi............................................................................................................... 4
E. Pemeriksaan
Penunjang........................................................................................... 5
F. Pengobatan.............................................................................................................. 7
II.
Konsep
Askep Teoritis........................................................................................... 8
1. Pengkajian............................................................................................................... 8
2. Diagnosa
keperawatan............................................................................................. 9
3. Rencana
keperawatan.............................................................................................. 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 14
B. Saran........................................................................................................................ 14
Daftar
Pustaka..................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit
Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus
atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi
terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit
infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik), mulai dari usia balita,
anak-anak dan dewasa.
Penyakit
demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau
minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan
melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa.
Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri
saat diraba.
Secara garis
besar, seseorang menderita emam typhoid ditimbulkan ;
1.
Demam lebih dari seminggu. Siang
hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi.
2.
Lidah kotor. Bagian tengah berwarna
putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan
cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
3.
Mual Berat sampai muntah. Bakteri
Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa, Akibatnya terjadi
pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.
Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara
sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
4.
Diare atau Mencret. Sifat bakteri
yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang
akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi
(sulit buang air besar).
5.
Lemas, pusing, dan sakit perut.
Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati
dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
6.
Pingsan, Tak sadarkan diri.
Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak
pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan
kesadaran.
B.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan serta memperoleh gambaran mengenai penyakit demam
typhoid terutama pada anak.
2.
Tujuan khusus
v Agar
mahasiswa dapat mengetahui konsep
tentang penyakit demam typhoid.
v Agar
mahasiswa dapat menganalisa penyakit demam typhoid yang biasanya terserang pada
masyarakat terutama pada anak – anak.
v Agar
mahasiswa mengimplementasikan dalam
bentuk askep pada pasien dengan demam typhoid pada anak.
C.
Manfaat
Ø Penulis
Untuk
menambah pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
Ø Institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka
perbandingan untuk mengembangkan
ilmubudayakeluarga,
serta menjadi bahan atau data bagi mereka yang ingin mengadakan penelitian yang
lebih lanjut.
Ø
Pembaca
Sebagaibahaninformasibagiparapembaca.
D. Pembatasan atau Ruang
lingkup
Ø Bagaimana
para mahasiswa atau mahasiswi keperawatan memahami betul apa itu demam typhoid.
Ø Upaya apa yang harus di lakukan oleh mahasiswa
atau mahasiswi keperawatan dalam melaksanakan penanganan pasien engan emam
typhoid.
Ø Dengan
adanya peranan mahasiswa atau mahasiswa keperawatan bisa mengenal lebih dalam penyakit
demam typhoid.
Ø Bagaimana
fungsi agar mahasiswa atau mahasiswi keperawatan menjelas lebih luas tentang demam
typhoid terutama pada anak – anak.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
I.
KONSEP
DASAR TEORI
A.
Definisi
Typhoid adalah penyakit
infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini
masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid
adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid
dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).
Typhoid
adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer
Orief.M. 1999).
Demam typoid
adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengangejala
demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.(Mansjoer, 2000: 432).
Demam typoid
adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai denganbakteremia,
perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,
pembentukanmikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. Disebabkan
salmonella thypi, ditandaiadanya demam 7 hari atau lebih, gejala saluran pencernaan
dan gangguan kesadaran.(Soegijanto, 2002:
1).
Demam typoid
adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di selaput lendir usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan
menyerbu jaringan di seluruh tubuh.(Tambayong, 2000: 143).
Demam typoid
adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi salmonella typhi.( Ovedoff, 2002: 514).
B.
Tanda dan Gejala
Masa tunas typhoid 10 - 14 hari
Masa tunas typhoid 10 - 14 hari
1.
Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
2.
Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
C.
Patofisiologi
Penularan
salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
D. Komplikasi
Menurut
Ngastiyah (2005: 241), komplikasi pada demam typoid dapat terjadi pada
usushalus, umumnya jarang terjadi bila terjadi sering fatal diantaranya adalah:
a. Perdarahan Usus
bila sedikit
hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja denganbenzidin. Bila
perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan
nyeriperut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi Usus
timbul
biasanya pada minggu ke-3 atau setelah itu dan terjadi pada bagiandistal ileum.
Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapatudara
dirongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara
hati dandiafragma. Pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
c.
Peritonitis
biasanya
menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus halus.Ditemukan
gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen
tegang(defense musculair) dan nyeri tekan.Komplikasi di usus halus, terjadi
karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia)yaitu meningitis,
kolesistitis, ensefalopati dan lain-lain, terjadi karena infeksi sekunder
yaituBronkopneumonia. Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan
makanan yangkurang dan respirasi akibat
suhu tubuh yang tinggi.
E. Pemeriksaan
penunjang
Menurut
David Ovedoff (2002: 514), pemeriksaan khusus yang diperiksa adalah:
Jumlah leukosit (biasanya terdapat
leukopenia).
Selama minggu pertama, biakan darah
positif pada 90% penderita.
Biakan tinja menjadi positif pada
minggu kedua dan ketiga.
Biakan sum-sum tulang sering berguna
bila biakan darah negatif.
Titer agglutinin (tes widal terhadap
antigen somatic (O) dan flagel (A) meningkat selamaminggu ketiga, positif semua
dan kadang-kadang negatif semua bisa mungkin terjadi pada teswidal).
Menurut Arif
Mansjoer, dkk (1999: 421), biakan darah positif memastikan demam typoid,tetapi
biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam typoid. Peningkatan uji titer
widalempat lipat selama 2-3 minggu memastikan diagnosis demam typoid.Menurut
Rachmat Juwono (1999: 436) bahwa pemeriksaan Laboratorium melalui:
1. Pemeriksaan
leukosit
Pemeriksaan
leukosit ini tidaklah sering dijumpai, karena itu pemeriksaan jumlah leukosit
initidak berguna untuk diagnosis demam typoid.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT
dan SGPT seringkali meningkat, tetapi kembali ke normal setelah sembuhnya
demamtypoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
3. Biakan darah
Biakan
darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan darah negatif
tidak menyingkirkan demam typoid.
4. Uji widal
Uji
widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutininyang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum pasien
demam typoid, jugapada orang yang pernah
ketularan salmonella typhi dan juga para orang yang pernahdivaksinasi
terhadap demam typoid.Dari pemeriksaan widal, titer antibodi terhadap antigen O
yang bernilai > 1/200 ataupeningkatan > 4 kali antara masa akut dan
konvalensens mengarah kepada demam typoid,meskipun dapat terjadi positif maupun
negatif palsu akibat adanya reaksi silang antara spesiessalmonella. Diagnosis
pasti ditegakkan dengan menemukan kuman salmonella typhi padabiakan empedu yang diambil dari darah klien.
(Mansjoer, 2000: 433).Akibat infeksi oleh kuman salmonella typhi pasien
membuat antibodi (aglutinin), yaitu:
a. Aglutinin
O, yang dibuat karena rangsangan antigen (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin
H , berasal dari rangsangan antigen H (berasal dari flagella kuman).
c. Aglutinin
Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).Dari ketiga aglutinin
tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis,
makin tinggi titernya makin besar klien menderita typoid.
Factor – factor yang
mempengaruhi uji widal
Faktor yang
berhubungan dengan klien:
a.
Keadaan umum : gizi
buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.Saat pemeriksaan selama perjalanan
penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelahklien sakit satu minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau
ke-6.
b.
Penyakit-penyakit tertentu: ada
beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typoidyang tidak dapat menimbulkan
antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinomalanjut.
c.
Pengobatan
dini dengan antibiotika: pengobatan dini dengan obat anti mikroba
dapatmenghambat pembentukan antibodi.
d.
Obat-obatan imunosupresif atau
kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambatterjadinya pembentukan
antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
e.
Vaksinasi
dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau
tipa,titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang
setelah 6 bulansampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun
perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun.Oleh sebab itu titer aglutinin H pada
orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilaidiagnostik.
f.
Infeksi klien dengan klinis/
subklinis oleh salmonella sebelumnya: keadaan ini dapatmendukung hasil uji
widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.
g.
Reaksi anamnesa: keadaan dimana
terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonellathypi karena penyakit
infeksi dengan demam yang bukan typoid pada seseorang yang pernahtertular
salmonella dimasa lalu.
F. Pengobatan
Pengobatan
demam typoid terdiri atas 3 bagian, yaitu:
1.
Perawatan
o
Pasien diistirahatkan 7 hari sampai
demam turun atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
o
Mobilisasi bertahap bila tidak ada
panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2.
Diet
o
Diet yang sesuai, cukup kalori dan
tinggi protein.
o
Pada penderita yang akut dapat
diberi bubur saring.
o
Setelah bebas demam diberi bubur
kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
o
Dilanjutkan dengan nasi biasa
setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
3.
Obat - obatan
1.
Klorampenikol
2.
Tiampenikol
3.
Kotrimoxazol
4.
Amoxilin dan ampicillin
II.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara paripurna
maka seorang perawat harus memiliki pengtahuan yang luas serta ketrampilan yang
cukup. Oleh karena itu seorang perawat dalam melakukan tgasnya harus
bverpedoman pada suatu metode yang dokenal dengan proses keperawatan. Yang
dimaksud dengan proses perawatan yaitu merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan yang logis, sitematis, dinamis dan teratur yang mempunyai lima (5)
tahap yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.(Boedihartono 1994 : 2).
1. Pengkajian :
a. Pengumpulan data
A.
Data subyektif
Ø
Biodata :
Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat pasien dan penanggun jawab.
Ø
Keluhan utama :
Pasien merasa tidak enak pada badan,
lesu, nyeri kepala dan nafsu makan berkurang.
Ø
Riwayat penyakit sekarang :
Ø
Riwayat penyakit dahulu : pasien
pernah atau tidak terinffeksi salmonella typhosa.
Ø
Riwayat kesehatan keluarga :
Ø
Riwayat neonatus :prenatal, natal,
postnatal
Ø
Riwayat imunisasi :
Ø
Pola kebiasaan sehari – hari : pola
nutrisi, pola aktivitas, pola istirahat atau tidur dan ppola eliminasi.
B.
Data obyektif
Ø
Keadaan umum : kesadaran, TTV
Ø
Pemeriksaan fisik :
kepala :Bagaimana bentuk, keadaan kulit kepala, bagaimana warna rambut,
muka : Bagaimana ekspresi wajah, oedem atau tidak, pucat atau tidak,
mata : Simetris / tidak, conjungtiva pucat atau tidak, warna sklera ikterus atau
tidak,
hidung : Ada pernafasan cuping hidung / tidak, ada sekret / tidak, ada polip / tidak,
gigi dan
mulut : Bibir kering
atau tidak, gigi dan mulut bersih atau tidak, ada stomatitis / tidak, lidah
kotor / tidak,
telingga : Simetris / tidak, ada serumen / tidak, bersih atau tidak,
leher : Ada / tidak pembesaran kelenjar thyroid, ada / tidak pelebaran vena
jugularis,
dada dan
thorakhs : ada retraksi
interkosta, ada wheezing dan ronchi / tidak,
abdomen : Perut sering kembung / meteorismus, kadang hati dan limpa membesar disertai
nyeri pada perabaan,
genitalia : Kelaminnya apa, bersih / tidak, ada kelainan / tidak, dan
ekstremitas : Akral hangat atau dingin, oedem / tidak.
b. Pengelompokan data atau analisa data
Analisa data merupakan langkah untuk
memaparkan serta memberi arti kepada data. Data di analisa ddengan
mengklasifikasikan data berdasarkan data subyektif dan data obyektif. Dari data
diatas dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul
pada kllien dengan demam typhoid adalah sebagai berikut :
Kemungkinan terjadinya
hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.
Resti gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang inadekuat.
Kurangnya pengetahuan
tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi atau informasi yang
inadekuat.
ANALISA DATA
Nama pasien :………………….
Unit/bangsal : .............................
Tanggal :………………….
No.
|
Symptom
|
Etiology
|
Problem
|
Paraf
|
1.
|
DS
:pasien mengatakan terasa panas yang
berlebihan serta keringat dan merasa tidak aman
DO
: hasil pengukuran suhu badan meningkat
= 39,70c
|
Infeksi salmonella typhi
|
Kemungkinan terjadinya hipertermia
|
|
2.
|
DS
: pasien mengatakan tidak ada nafsu
makan dan sering muntah saat makan.
DO
:kelihatan pasien lesu, lemah dan BB↓
|
Intake yang inadekuat
|
Resti gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
|
|
3.
|
DS
: pasien mengatakan tidak tahu sama
sekali tentang penyakitnya dan mengapa penyakit tersebut terjadi padanya.
DO
:hasil kajian tingkat pengetahuan
pasien tentang penyakitnya, pasien dan keluarga memang tidak tahu tentang
penyakit yang di derita pasien.
|
Informasi yang inadekuat atau kurang
informasi
|
Kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya
|
|
3.
Rencana keperawatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien :…………………
Unit / bangsal :…………………
Tanggal :…………………
NO.
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
PARAF
|
1.
|
Kemungkinan terjadinya hipertermia
berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.
|
Tujuan : Suhu
tubuh dalam batas normal, dengan kriteria
hasil : 36 – 370c
|
-Observasi suhu tubuh klien
-Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada
daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas
-Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang
dapat menyerap keringat seperti katun
-Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti
piretik
|
Rasional :
mengetahui perubahan suhu tubuh.
Rasional :
melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
Rasional : menjaga
kebersihan badan
Rasional :
menurunkan panas dengan obat.
|
|
2.
|
Resti
gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang inadekuat.
|
Tujuan :Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi. Kriteria hasil: Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi\Menunjukkan berat badan yang seimbang.
|
-Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
-Observasi dan catat masukan makanan pasien.
-Timbang
BB tiap hari (bila memungkinkan ).
-Berikan
makanan sedikit tapi sering.
-Berikan
dan Bantu oral hygiene.
-Hindari
makanan yang merangsang dan mengandung gas.
|
-Mengidentifikasi
defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
-Mengawasi masukan
kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
-Mengawasi penurunan BB /
mengawasi efektifitas intervensi.
-Makanan sedikit dapat
menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
-Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
-Menurunkan distensi dan
iritasi gaster.
|
|
3.
|
Kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi atau informasi yang
inadekuat.
|
Tujuan: Setelah
memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien, diharapkan
dengan kriteria hasil: pengetahuan
pasien dan keluarga akan meningkat atau mengenal lebih dalam tentang
penyakitnya.
|
-Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang
penyakitnya.
-Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan
perawatan pasien.
-Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk
bertanya bila ada yang belum dimengerti.
-Beri reinforcement positif jika klien menjawab
dengan tepat
|
-mengetahui apa yang diketahui pasien tentang
penyakitnya.
-supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan
dan pencegahan penyakit typhoid.
-mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan
keluarga pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.
-memberikan rasa percaya diri pasien dalam
kesembuhan sakitnya.
|
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
tinjauan teoritis yang ada maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
Typhoid adalah
penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Penularan salmonella thypi dapat
ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan),
Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Penyakit demam Tifoid ini bisa
menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga
terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran
darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian
berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
Tanda dan gejalah :Minggu I Pada
umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan
dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk,
epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut. Dan pada Minggu II gejala
sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor,
pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
B. Saran
Sesuai
dengan permasalahan yang ada, maka penulis dapat merumuskan bahwa:
Dalam
penyusun makalah ini sangat jauh dari penyempurnaan maka saran,kritikal,idea
dari mahasiswa atau mahasiswi yang bersifat menambah dan membangun maka penulis
sangat mengharapkan demi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu
Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media
Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.
Arjatmo Tjokronegoro & Hendra
Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke Tiga.
FKUI. Jakarta. 1997.
Behrman Richard. Ilmu
Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar & Manulang.
Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992.
Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian
Kasus pada Pediatri. Alih bahasa Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta.
1997.
Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku
Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta. 2001.
Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru.
Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.
Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.
Soegeng Soegijanto. Ilmu
Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta.
2002.
Suriadi & Rita Yuliani. Buku
Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. CV
Sagung Seto. Jakarta. 2001.
Widiastuti Samekto. Belajar
Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang. 2001